FGD Rancangan Awal Isu Strategis dan Proyek Prioritas 2024 Provinsi Kepulauan Riau

Tanjungpinang – Kepala Bappeda Kepri Andri Rizal, SE.,MM memimpin Forum Group Discussion (FGD) Rancangan Awal Isu Strategis dan Proyek Prioritas 2024 Provinsi Kepulauan Riau, Kamis (3/11/2022) di Ruang Rapat Sekda, Gedung A Lt. 2 Kantor Gubernur, Dompak. FGD tersebut dihadiri sejumlah Kepala OPD, dan Pejabat Fungsional di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepri.

Adapun Tujuan FGD adalah untuk mendapatkan tanggapan terkait rancangan awal isu strategis dan menjaring usulan proyek prioritas tahun 2024 di Provinsi Kepulauan Riau, utamanya terkait isu strategis di Kawasan Batam-Bintan

Direktorat Regional I memiliki tugas koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi pelaksanaan kebijakan perencanaan dan pengalokasian anggaran pembangunan nasional serta penjabaran kebijakan nasional di wilayah Pulau Sumatera, Jawa, dan Bali. Dalam konteks menjalankan tugas tersebut, Direktorat Regional I mengidentifikasi proyek-proyek prioritas di 17 provinsi di Pulau Sumatera, Jawa dan Bali untuk merespons isu strategis di provinsi-provinsi tersebut. Proyek-proyek prioritas tersebut akan direkomendasikan kepada Direktorat Mitra K/L di Bappenas, untuk diakomodasi dalam penyusunan rancangan RKP 2024 serta mengawal pelaksanaannya.

Pada tahapan awal, Direktorat Regional I melakukan identifikasi dan perumusan isuisu strategis untuk setiap provinsi di Regional I. Isu strategis diidentifikasi berdasarkan dokumen rencana pembangunan, informasi dan evaluasi indikator makro (IPM, LPE, IKLH, Indeks Gini, Kemiskinan, dan Pengangguran) serta studi literatur, yang kemudian dianalisis hubungan sebab-akibatnya melalui Problem Tree/Fishbone di setiap provinsi.

Berdasarkan proses identifikasi dan perumusan identifikasi isu-isu strategis, Direktorat Regional I menemukan 4 (empat) isu strategis pembangunan Kepulauan Riau:
1) Belum meratanya konektivitas dan layanan infrastruktur dasar;
2) Tingkat Pengangguran Terbuka Kepulauan Riau cukup tinggi;
3) Pengembangan kawasan strategis di BatamBintan belum ideal/optimal dan
4) Nilai tambah dan produktivitas komoditas unggulan perikanan masih minim.