
PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM UNTUK PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN LINGGA
Dalam rangka penyediaan data dan informasi mengenai Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Kabupaten Lingga guna Peningkatan Perekonomian Rakyat dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan, maka Bappeda Provinsi Kepulauan Riau menyelenggarakan FGD Studi pemanfaatan sumber daya alam untuk peningkatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Lingga. Tujuan dari Studi ini adalah Menyusun model Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Kabupaten Lingga guna Peningkatan Perekonomian Rakyat dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 23 Juni 2016 bertempat di Hotel CK Tanjungpinang beragendakan penyampaian sambutan oleh Kepala Bappeda yang dalam hal ini disampaikan oleh Kepala Sub Bidang Pengembangan Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Provinsi Kepulauan Riau, kemudian dilanjutkan dengan paparan studi pemanfaatan sumber daya alam untuk peningkatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Lingga oleh Peneliti dari LPPM Institut Pertanian Bogor yang kemudian dilanjutkan dengan FGD serta kesimpulan.
Konsep untuk mengembangkan perekonomian di abad 21 adalah menggunakan era konsep dan kreatifitas dimana modal sosial dimasyarakat diikut sertakan dalam membangun perekonomian sehingga menciptakan pengembangan ekonomi lokal. PEL (Pengembangan Ekonomi Lokal) adalah proses multistakeholder, sehingga merupakan proses yang melibatkan stakeholder kunci, terutama dunia usaha dan pemerintah daerah, dalam seluruh tahapan PEL. Adanya komitmen yang kuat dari Bupati/ Walikota dalam PEL, yang diimplementasikan terutama dengan adanya program/ kegiatan serta anggarannya setiap tahunnya dalam rentang waktu yang lama.Pemerintah dan masyarakat harus menyadari bahwa PEL bukan “proyek” dari pemerintah namun dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.
Pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator saja, agar tercipta region branding yang baik harus merubah pola pikir (mindset) masyarakat berkelas internasional. Dan secara sadar harus memperbaiki mindset tersebut. Pentingnya Region Branding dalam pemasaran suatu wilayah agar dikenal oleh masyarakat luas. Biasanya merk yang unik dan mudah untuk diingat. Dalam pertemuan yang dihadiri oleh instansi terkait Kabupaten Lingga, Tenaga Ahli yang didatangkan langsung dari Institut Pertanian Bogor (IPB) serta Bappeda Provinsi Kepulauan Riau. Ada beberapa usulan yang dikemukan baik dari perwakilan tiap instansi yang hadir, Bappeda Provinsi Kepulauan Riau maupun tenaga ahli.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga mengatakan sebaiknya tim turun langsung kelapangan guna mengetahui kondisi sebenarnya. Potensi timah di Kabupaten Lingga sudah terbukti dizaman kesultanan, selain itu juga Kabupaten Lingga memiliki 531 pulau yang berpenghuni 91 pulau sehingga membangun Lingga tidak seperti membangun Tanjungpinang yang hanya memiliki beberapa pulau, semua pulau di Lingga harus dibangun sehingga perlu dikaji kesultanan Lingga. Adanya bantuan dari Bappeda Provinsi untuk meletakkan tenaga ahli di Lingga untuk pembinaan masyarakat. Seperti di pulau Benan yang merupakan pulau yang sudah dipasarkan. Fasilitas dimiliki oleh pemda, namun perda retribusi yang menjadi penghalang untuk kerjasama dengan pihak ketiga. RTRW Lingga sudah ada lokasi agropolitan dengan empat desa transmigrasi. RTRW Lingga yang sudah ditetapkan, menggambarkan tanaman apa yang layak untuk ditanam karena sudah diakomodir. Empat desa agropolitan itu adalah desa transmigrasi dimana dimiliki setengah ha posisi perkarangan dan 2 ha posisi usaha. Sehingga prosedur hal ini perlu kita fikirkan karena daerah transmigrasi ini sudah dimiliki sertifikat hak milik pribadi. Pada tanggal 21 Agustus 2016 mendatang akan ada sebuah event dimana pada event tersebut mendatangkan 41 negara ke Kabupaten Lingga terkait Lingga merupakan tanah melayu (The Mother of Malay), sebagaimana kita ketahui, di Malaysia juga memiliki suku melayu akan tetapi ternyata di Kabupaten Lingga merupakan Bunda Tanah Melayu.
Dalam mempromosikan pariwisata khususnya yang ada di Kabupaten Lingga perlu dilakukannya kerja sama antar semua pihak. Jika di Malang ada Edeilwes (betina), di Kabupaten Lingga juga ada Bunga Edelweis (jantan) tetapi fasilitas untuk menuju ke lokasi bunga edeilwesnya belum tersedia, lokasinya berada di Bukit Permata Daik Lingga. Bukit Permata pernah dilombakan fotography oleh anak Lingga dan menjadi pemenang pertama dalam ajang Fotography dunia di Kuwait pemandangannya seperti diatas awan. Disamping itu Dinas Kelautan dan Perikanan ada program MPA yaitu Mata Pencarian Alternatif melalui program Coremap CTI sudah diterapkan di Bintan, sudah mengadakan pelatihan kerajinan tangan dari tulang ikan, kerang-kerangan dan pembuatan kapal dari tulang ikan. Hal ini pun dapat diterapkan di Kabupaten Lingga karena 90% masyarakat Lingga adalah nelayan untuk meningkatkan taraf perekonomian dari sumber daya alam sehingga nelayan lingga tidak menunggu atau mengharapkan bantuan saja dari pemerintah.
Hasil pertemuan ini dapat disimpulkan bahwa FGD terdapat berbagai masukan yang dapat digunakan untuk studi pemanfaatan Sumber Daya Alam dengan tujuan peningkatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Lingga diantaranya perlunya tenaga ahli untuk studi lapangan ke Kabupaten Lingga, pentingnya branding region, local campion, duta wisata Kabupaten Lingga untuk mempromosikan Kabupaten Lingga di Indonesia dan Internasional. Pentingnya dibentuk forum komunikasi untuk mendorong Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) yang diketuai oleh masyarakat dan pelaku usaha serta didukung oleh Pemda dalam bentuk Surat Keputusan (SK) Bupati atau Perda. Selain itu perlunya peningkatan komoditas unggulan baik di sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan dan pariwisata yang dapat terintegrasi satu sama lain yang dapat mengembangkan perekonomian masyarakat Lingga.(AZIKA)

